Fotografer.net - Galeri: ...elegi pada sang angin...

Info

Fotografer Pilihan Editor Arief Setiawan (74146)

rnrnFoto ini dibuat sewaktu saya masih bekerja Darwis Triadi Studio. Modelnya bernama Marissa Lungo. Foto modelnya difoto di Kebun Raya Bogor bersama Mas Darwis untuk sesi pemotretan kalender untuk Paperina thn 2000 yl. rnSetelah di proses, film kemudian di scan dengan Nikon CoolScan 4000ED. Foto kemudian di retouch di PS. rn

rnrnFoto diberi efek filter Radial Blur dengan Amount 90 Blur Method : Zoom dan Quality : Best. Foto kemudian di beri border dengan Extensis PhotoFrame. rn

rnrn-Elegi Pada Sang Angin-rn

rnrnKarena engkau hadir rndisini. Pertama kali ‘ku tatap matamu dan menyelaminyarndalam setiap pertanyaan yang terucap. Ataurnyang hendak terucap, menggantung pada ujung lidah, menunggurnbibir membuka walaupun tetap tersimpan. Pertama kali rnaku menjelajahi raut mukamu, belahan demi belahan kemudian rnmenyusuri lekuk bibirmu, hidungmu, pipimu, keningmu dan kembali padarnsorot matamu. Bola matamu yang terus ‘ku tatap lekat karena terbersitrnsekilas rembulan dalam malam setengah abad. Menunggumu untuk memecahrnkeheningan dan mendengarkan baik-baik semua yang hendak rndisampaikan. Menyimaknya perlahan-lahan seperti derap kumbang pada terompet dunia. Karena engkau hadir disini. Menjelajahi semua ciptaan Allah yang paling mulia, karena dalam semua penantian hanya tersirat sebuah kata; pasrah. Membuat semua ksatria menundukan kepalanya rndan menangis. Membuat semua hasrat hilang diterpa rntetes air. Sejujurnya, aku dapat meratap, mengemis maupun menumpahkan semua rona yang ada. Rasa cinta yang tiba. Nada-nada bergantirndiselingi seluruh dimensi. Matahari bujur sangkar dalam sebuah asa. Angin mengalun disela pucuk dedaunan. Gibran meraung-raung dalam cinta, keindahan dan kesunyian. Hampa, hampa, hampa. Menjembatani semua jurang realita dan angan. Sejujurnya, aku dapat berbuat apapun. Apapun yang rnada. Mendo’akanmu seluas angkasa. Memohonkanmu sejuta rncakrawala. Mendekatkanmu pada Yang Maha Kuasa. Menjalankan rnsatu persatu misiku dan beranjak tiada. Melihatmu kembalirnutuh disana, berdesir, ceria, indah dan tersenyum kearahku tanpa menjadi milikku. Karena kamu hadir kembali. Menjelajahi semua paras wajahmu. Semua keindahan Gusti yang telah dilahirkan kebumi…karena tiada yang dapat dilakukan seorang pujanggarnkecuali mengalirkan semua rasa dalam hatinya pada pujaannya rnatau menghantarkan semua serbuk emas pada sang angin. Meratap sangat rnperlahan. Lalu terdiam. Tiada yang dapat diperbuat disini. Aku mendekat, menghilang, memikirkanmu dan berusaha melupakanmu. Kumohon bicaralah pada diriku atau aku yang harus menunggu semua jasad ini berubah menjadirndebu. Memikirkanmu dan lalu melamunkanmu. Kalaupun aku berusaha mengingat semua detil dalam wajahmu rnhanya membuat aku makin kehilanganmu. Mata indah itu. Bibir itu. Hidung itu. Pipi itu. Kening itu. Dan senyum yang terdiam dari dirimu. Lalu akupun menyimpan semua rahasia yang ada. Semua rnrasa yang terpendam…rn

rnrnKarena engkau hadir rndisini. Terakhir kali ‘ku lihat sosok dirimu sedang terduduk anggunrndalam sebuah kamar tamu yang hangat. Menyilangkan kedua kakinya danrnmenatapku sayu. Menjelajahi seluruh pelosok paras gadisku rnyang jelita. Memimpikannya untuk menjadi mempelaiku. ‘Ku dapat berbuatrnapapun tapi tidak yang satu ini. Melamunkannya untuk menceritakan rnsegala perasaannya. Hanya elegi cinta yang dihantarkan pada hamparanrnsajadah pada ruang kamarku. Cinta ini adalahrnkeindahan dan kesunyian.rnHampa.rn

rnrnBandung, 3 September 1998 00.11rn