sempat terhenyak ketika membaca komentar : " dimana seni fotografinya ?? "
terus beberapa judul foto yg menggunakan: 'the art of,....' ,'the art of,.." n blablablabla...
lalu,..ada pula yg namanya fine art photography?? --> apa lagi itu ??
saya sempat lihat2 di sebuah situs lokal tentang sebuah galeri di bilangan kemang yg katanya mengkhususkan diri kepada fine art photography,..
kok berani2nya sih bilang fine art photography?? emang ada nilai2 yg meng-kategorikan sebuah foto sehingga disebut dgn fine art ??

lantas saya terpikir,..

nilai seni apa atau yang mana sih yg terkandung dalam fotografi?
apakah cuma sekedar objek/ komposisi/speed/diafragma/pencahayaan,dsb dsb ?
apa sih sebenarnya seni fotografi itu?
lalu,..
apa iya benar kalau fotografi itu memang masuk dalam bidang kesenian?
kalaupun fotografi masuk dalam bidang kesenian,..
saya rasa,untuk menjadi seorang 'seniman foto' (fotografer?),cukuplah mudah..
asal punya uang,beli kamera,lensa n segala tetek bengek nya,..maka tiba2 menjelma lah orang itu sebagai seorang fotografer ?

lantas,bagaimana dengan nasib seni lukis,patung,kriya,grafis,tari dsb dsb?yang saya percaya,tidaklah mudah untuk menekuni kesenian2 tsb karena memerlukan 'sesuatu' yg kita kenal sebagai bakat/talenta.
sedangkan di fn ini,..ada berapa ribu atau juta orang yang menyatakan diri fotografer?? dengan atau tanpa bakat,tetaplah ia seorang fotografer?

atau mungkin suatu saat,..ada sebuah 'seleksi alam' yg membedakan antara seniman foto,fotografer,pengrajin foto serta tukang foto ?

tulisan ini cuma sekedar pelampiasan dari pemikiran dan pertanyaan2 yg kerap mengganggu saya belakangan2 ini..

terimakasih...

lioek lukman : Namun dibalik semua itu fotografi memerlukan bakat dan talenta juga ko

ahh....tetap aja mengasah kemampuan dlm potograpih lb mudah drpd mengasah skill dlm bidang kesenian spt lukis,patung,kriya dsb dsb toh ??

letjen :Fotografi lebih tepat disikapi sebagai wahana ekspresi diri dan sarana berkomunikasi secara visual. Ketimbang hanya sekedar "seni", sebut saja begitu secara ekstrem, fotografi bisa lebih berperan sebagai pembawa misi untuk kebaikan harkat hidup manusia.

dalam hal ini saya setuju sama pemikiran bang letjen,..
tapi yg saya pertanyakan,..bagaimana kadar fotografi dalam eksistensinya (yg katanya) sebagai cabang dr seni ??
apakah kelasnya di atas atau di bawah seni2 yang lain ?? sebab saya belakangan melihat fenomena,banyak 'tukang foto' yg menganggap dirinya itu sekelas 'seniman'...
padahal kalau dilihat dr karya2nya,itu cuma 'sekedar' dokumentasi ..
begitu lohh bangg...

Imam Hartoyo : Jika kemudian ada pandangan arah "applied art" atau ke "fine art" bergantung pada produk akhirnya. Banyak kok seniman yang cari makan bikin gambar di jalan. Gitu, kira2 ya ?

ooo..jelas bukan,...dalam prakteknya,...applied art atau fine art yg menentukan adalah konsumennya...bukan cuma semata2 pada produk akhirnya..
sbg contoh,kalau kita melihat majalah2 fashion luar,..
ada kecenderungan,klien malah memakai artis2 seni rupa,.. untuk meng'karya'kan busana2 mereka dlm fashion spread di majalah2,..
dan sudah tentu hasilnya JAUH berbeda dari fashion fotografi...

ttg seniman lukis yg cari makan dijalan2,...
itu masuk kategori 'pengrajin' lukisan...bukan seniman,..
sebab mereka hanya memindahkan apa yg ada di dalam kanvas/kertas.

lantas,..bagaimana dgn fotografi?? apalagi yg katanya fine art photography,...??

bang ucok : Lebih mudah menilai teknik daripada membahas kata "artisitik". Lagu SMS-nya Trio Macan banyak yang bilang kampungan namun ada juga yang bilang "nyeni". Tapi bisa disepakati kalau lagu itu miskin nada, kata2nya itu aja dan penyanyinya pas-pasan

g termasuk orang yg bilang lagu sms itu sbg sesuatu yg nyeni !!
perkara lirik n melodi (teknis) yg biasa2 aja,.. di luar itu,...lagu n lirik itu telah secara langsung/ tidak langsung mencuci otak kita seingga jutaan orang ter-ngiang2 akan kata2 : 'bang es em es siapa ini bang ...dst dst"

"Kalau boleh dibuat shortcut, fine = sempurna secara teknis, dan art = sangat baik secara artistik. Jadi fine art adalah 3TU, sangat baik secara artistik dan sempurna secara teknis (sehingga layak untuk dikoleksi). Jadi foto2 di FN dengan 3TU adalah foto2 fine art..

kalau sampai sini..saya setuju deh dgn abang,..:)) :))

fotografi buat sayah adalah sebuah sebuah seni terap, dimana mutlak tanpa adanya alat (ruang gelap yang diberi lubang (f) untuk merekam cahaya, yang lazim disebut kamera, walaupun itu terbuat dari kaleng), kita tak akan menghasilkan sebuah foto atau karya. Berbeda dengan dengan lukis, yang bisa diaplikasikan walau hanya dengan jari yang digoreskan diatas pasir. Dan buat saya pribadi, tak gampang untuk melakoni keduanya, masalah nama entah itu sebagai tukang foto, seniman foto, atau photographer.. itu hanya berpengaruh pada bilangan angka yang akan dihasilkan nantinya... :)

Ini hanya menurut seorang saya... :)

yogi : itu hanya berpengaruh pada bilangan angka yang akan dihasilkan nantinya...

jadi,..kalau angka yg dihasilkannya besar,..berarti dia seniman tulen?? begitu?? ckckckcck
dasar cowoq matre ....

agan : jadi,..kalau angka yg dihasilkannya besar,..berarti dia seniman tulen?? begitu?? ckckckcck dasar cowoq matre ...

coba hitung berapa banyak seniman tulen yang kaya? terlebih di indonesia? :)
Buat saya pribadi seseorang yang bisa menghasilkan penghasilan yang besar dalam photo khususnya, adalah orang yang bisa membuat orang lain tertarik dengan photo yang dihasilkan..

Kalau dilihat dari segi materi, apresiasi terhadap karya seni lukis memang kayaknya lebih tinggi dari karya seni fotografi, lihat dan bandingkan aja harga lukisan vs fotografi di balai lelang besar kaya Sotheby atau Christies, tapi untuk lomba berhadiah kayaknya banyakan lomba fotografi daripada lomba lukis ya.. Tanya ken apa..?

ok,..kalau mau dilihat dr segi komersil(pasar) kita bisa bertanya,..kenapa bisa2nya harga karya lukis bisa lb tinggi dibanding fotografi??
lantas kenapa untuk lomba berhadiah,...lebih banyak lomba foto ketimbang lomba lukis??

pernah kah berpikir kalau : ' apa jangan2 kelasnya fotografi itu 'jauh' di bawah seni lukis ??? "

kalau sempat berpikir demikian,...tinggal bagaimana kita mencoba untuk 'men-se-jajar-kan' fotografi dgn seni lukis ??

Oom Agan: "ahh....tetap aja mengasah kemampuan dlm potograpih lb mudah drpd mengasah skill dlm bidang kesenian spt lukis,patung,kriya dsb dsb toh ??"

rasanya saya berpendapat berbeda dgn ini. seni lukis dan patung mungkin "lebih mudah" karena dari imajinasi dan kreatifitas bisa dituangkan langsung (ada hubungan langsung antara si seniman dan objek seninya). hampir tdk ada faktor luar yg mempengaruhi.

kalau fotografi selain hal tsb, juga ada hal2 lain yang kadang diluar lingkup imajinasi dan hubungan tsb (faktor luar yg bisa dikontrol maupun yg tdk bisa dikontrol). yang bisa dikontrol misal teknik fotografi spt komposisi, exposure, dst. yang tdk bisa atau susah dikontrol misal foto landscape butuh cuaca baik dan timing yg tepat agar bagus. foto model butuh ekspresi dan pose dari sang model yg kadang susah utk diatur atau sesuai dgn imajinasi si fotografer (misal karena umumnya fotografer bukan penata gaya atau makeup). dan lain sebagainya.

salut buat agan. kalau
memang mau maju di fotografi, sebaiknya sudah meninggalkan predikat hobys. sebab, hoby menurut saya hanya berstatus "hura-hura" di fotografi, seperti berjalan tanpa tujuan pasti. kenapa tidak kita ini tidak lagi disebut fotografer tetapi ARTIS FOTOGRAFI.

yang saya tahu dan dapat menilai masih beberapa orang saja yang ARTIS FOTOGRAFI, katakanlah antara lain, bung oscar motuloh, bung yudhi, bung kristupa, mas tubagus, bung davi linggar, pak agus leonardus, pak budi darmawan, pak goenadi h.

kriteria seorang ARTIS FOTOGRAFI, adalah sudah lepas dari hukum tekhnis (sangat menguasai tehnis memoret), punya gagasan dan merancang judul dan ide sebelum memotret. dan sense of art yang paling penting.

kenapa tidak kita menjadi mereka. terus terang saja, fotografi bagi saja tidak lagi menjadi kegiatan hobys. beberapa tahun lalu saya sudah pernah mengusulkan pada teman-teman, bagaimana kalau di fotografi bikin pameran dua tahunan (seperti binalle di senirupa) tapi ini khusus fotografi.

ada minat ? mari kita mulai .

goenawan monoharto : setuju..!!! kenapa sih fotografi peran n partisipasi nya cuma 0,sekian sekian % di lingkup seni rupa lainnya spt (bienalle,trinealle,jak-art,beyond,dsb dsb )

kalo boleh di lihat dlm kurun waktu beberapa tahun ini, ada beberapa pameran seni rupa besar2an di galeri nasional (lupa gue nama pamerannya),..dan yg memamerkan karya foto CUMA oom Oscar Motulloh(yg notabene fotografer beneran) dgn foto2 kuburan di eropa nya yg 'gelap'...
kenapa dr 2 gedung,2 lantai yg memuat ratusan karya2 seni rupa,cuma 1 karya forografi yg ikut???
namun,..syukurlah,pada pameran cp bienalle yg cukup fenomenal blakangan ini,.. porsi untuk karya fotografi semakin bertambah..

disini saya makin berpikir : bahwa fotografi,..'MUNGKIN' dianggap sebagai 'anak tiri' dlm kancah seni rupa??
atau,..saya malah 'curiga',...apa jangan2 para fotografer2 tsb malah 'meng-ekslusif-kan' dirinya dan cukup berbangga dengan berpameran di mall-mall ??? ...

Salut buat Agan yang memulai diskusi ini, salut dengan ide-ide untuk menyejajarkan seni fotografi dengan bidang seni lain. Ada pertanyaan-pertanyaan mendasar sebelum kita melangkah ke persoalan2 yang lebih teknis. Pertanyaan mendasarnya adalah: 1. Perlukah menyejajarkan diri dengan bidang seni lain? Kenapa? Tidak puas, malu kurang bergengsi, kurang puas secara materi, atau kenapa? 2. Sejajar menurut siapa yang hendak kita kejar? Sejajar menurut sesama seniman, menurut sesama fotografer, sejajar menurut akademi seni atau komite atau dewan kesenian, atau sejajar menurut masyarakat pecinta seni, sejajar menurut masyarakat luas, atau siapa?
Nah, kemudian jika kita sudah berhasil menjawab pertanyaan2 dasar di atas baru kita bicara teknis, misalnya seperti didiskusikan oleh Bung Kristy, kenapa fotografi harus dipandang lebih rendah karena toh bikin foto juga sama sulitnya (atau sama mudahnya) dengan bikin lukisan? Akan ada yang berargumen, "oh..melukis itu lebih berseni karena meng-create form sedangkan fotografi merekam form" atau "oh..fotografi itu kurang berseni karena peranan alat (kamera lensa dll) sangat dominan, sedangkan di seni lukis, bahkan kita bisa pake jari2 dan tangan kita tanpa alat lain untuk melukis" dan "oh.."-"oh..." lainnya yang tentu saja bisa diperdebatkan. Juga usulan Pak Goenawan mengenai perlunya pameran fotografi agar fotografi lebih "diperhatikan", oya Pak bukankah sudah ada SFI, mungkin perlu dipikirkan bentuk sosialisasinya agar lebih gebyar dan wah seperti pameran senirupa lain?
Demikian sekedar urun pendapat...

kalo menurut om agan sendiri definisi foto fine art itu sendiri apa?
trus karya om agan yang banyak photosop sendiri disebut apa?
kalo ada satu gallery isinya cuma lukisan van gogh apa berarti rembrandt bukan karya seni?
di Indonesia sendiri banyak macam aliran karya2 foto, ada karya2 foto Nico Dharmajungen, Sjaiful Boen, alm Hanawi, dll
terlalu banyak macam aliran di foto, tidak bisa menjudge ini seni atau bukan apalagi dengan keterbatasan jam terbang, pengetahuan, pergaulan, dan lain-lain

Ahmad Syafiq, Syafiq :
1. Perlukah menyejajarkan diri dengan bidang seni lain? Kenapa? Tidak puas, malu kurang bergengsi, kurang puas secara materi, atau kenapa?

kalau berniat ingin memajukan fotografi n ingin spy fotografi dapat lebih eksis dan dianggap sejajar dalam bid.seni yg lain,..saya rasa jawabannya adalah : perlu !!


2. Sejajar menurut siapa yang hendak kita kejar? Sejajar menurut sesama seniman, menurut sesama fotografer, sejajar menurut akademi seni atau komite atau dewan kesenian, atau sejajar menurut masyarakat pecinta seni, sejajar menurut masyarakat luas, atau siapa?

lahh..selama ini dalam kenyataannya fotografi ada dalam posisi 'anak bawang/tiri' dlm peta seni rupa kann ?? (itu kalau anda senang menyempatkan diri melihat pameran2 seni di kota anda.. )


oya Pak bukankah sudah ada SFI, mungkin perlu dipikirkan bentuk sosialisasinya agar lebih gebyar dan wah seperti pameran senirupa lain?

seberapa hebatnya-kah dan seberapa bergengsinya kah SFI dimata anda?
coba di bandingkan dengan CP bienalle/trinealle seni rupa dsb dsb ?
kenapa sih kita gak mencoba untuk eksis disana?? malas? segan? atau tidak mampu ??

dari tanggapan2 anda,..saya dapat mengambil kesimpulan bahwa : mungkin itu adalah pendapat anda (mungkin anda dari pihak fotografer yang sudah mapan).. dan sudah nyaman akan keadaan anda sekarang dan tidak berusaha untuk membuat sesuatu yang lebih dr apa yg telah anda lakukan sekarang .

haryanto r :

kalo menurut om agan sendiri definisi foto fine art itu sendiri apa? trus karya om agan yang banyak photosop sendiri disebut apa?

dari 2 pertanyaan mas haryanto diatas,.bahwa saya dapat menyimpulkan bahwa pengertian fine art photography yg dimengerti oleh mas haryanto r adalah : 'OLD SCHOOL '
kenapa saya bilang old school? sebab anda cuma mengambil kesimpulan dari bacaan2 yang telah ada ( menurut si ini,si anu dsb dsb),..tapi anda tidak merefleksi kan dan mencoba menggali lb dalam ttg hal tersebut.

tentang karya2 saya yang di penuhi oleh potosop ??
ini sudah tahun 2006 loh mas...
jadi mnurut mas,.kalau ada karya2 seni (foto) yang menggunakan photoshop adalah tidak murni?
kalau pemikiran anda begitu,..bagaimana kalau saya kasih contoh ilustrasi sbg berikut :

bagaimana kalau seorang rembrandt,yang ketika melukis self portrait nya,..tiba2 ingin membuat kumisnya terlihat lebih real?
lalu untuk menyempurnakannya ia menggunakan pensil konte atau charcoal?

nah perkara fotosop atau tidak ,adalah cuma masalah media/alat nya saja,..
yang jauh lebih penting dari itu semua adalah bagaimana dengan berbagai media/fasilitas/teknologi , kita dapat memaksimalkan karya kita..( sekali lagi,....ini tahun 2006 lohh mass )
akan sangat lucu sekali kalau pada jaman sekarang kita masih bilang film n proses cuci cetak adalah sebagai fine art photography,sementara kalau foto yang sudah ada campurtangan fotosop didalamnya adalah kurang murni?? ....;)


kalo ada satu gallery isinya cuma lukisan van gogh apa berarti rembrandt bukan karya seni?

ya elahh ... pliss dehh


di Indonesia sendiri banyak macam aliran karya2 foto, ada karya2 foto Nico Dharmajungen, Sjaiful Boen, alm Hanawi, dll terlalu banyak macam aliran di foto, tidak bisa menjudge ini seni atau bukan apalagi dengan keterbatasan jam terbang, pengetahuan, pergaulan, dan lain-lain

well,...taruh lah itu semuanya adalah seni,..namun seberapa berkeseniannya kah karya2 mereka? <br dapatkah karya2 mereka di sejajarkan dan di pamerkan dalam satu atap galeri bersama2 dengan karya2 seni g dihasilkan oleh 'jawara2' dunia yang lain???

jawabnya adalah : semoga !!

tulisan saya: kalo ada satu gallery isinya cuma lukisan van gogh apa berarti rembrandt bukan karya seni? , menyangkut jawaban agan sebelumnya ini:
agan: "menurut nama2 yg di beri oleh mbak tita,..saya mengambil kesimpulan,. bahwa fine art photography yg mahal2 n dipajang di galeri2 mahal itu ternyata foto pemandangan"

kalo soal potosop si saya tidak masalahin kok, saya juga bisa ps, dan punya camera digital, foto2 digital saya retouch dg ps, why not

kenapa kebakaran jenggot pas saya tanya menurut anda karya2 anda yg banyak ps nya masuk aliran mana?
baca dulu baik2 deh dan dipikirkan sebelum menjawab

agan : akan sangat lucu sekali kalau pada jaman sekarang kita masih bilang film n proses cuci cetak adalah sebagai fine art photography,sementara kalau foto yang sudah ada campurtangan fotosop didalamnya adalah kurang murni?? ....

yaelaaahhh jaman gini masih mau nerangin kaya gituan, tahun 2006 gan sekarang, sekali lagi baca pertanyaan gue baik2, tidak ada sama sekali gue masalahin itu

agan wrote: dapatkah karya2 mereka di sejajarkan dan di pamerkan dalam satu atap galeri bersama2 dengan karya2 seni g dihasilkan oleh 'jawara2' dunia yang lain???
kenapa ga kita2 ini yg mulai atau kenapa bukan Om agan dg karya2 nya coba nembus pameran dunia, daripada pusing sendiri dg pemikiran2, kenapa ngga lsg mencoba, mencoba mengangkat apresiasi masyarakat terhadap foto

haryanto r :
tulisan saya: kalo ada satu gallery isinya cuma lukisan van gogh apa berarti rembrandt bukan karya seni? , menyangkut jawaban agan sebelumnya ini: agan: "menurut nama2 yg di beri oleh mbak tita,..saya mengambil kesimpulan,. bahwa fine art photography yg mahal2 n dipajang di galeri2 mahal itu ternyata foto pemandangan"

mohon di maap kennn atas ke bodohan sayahh... sebab saya tidak mengerti nyambungnya dimana...

ttg kebakaran jenggot : jenggot saya mah tipis,..kalaupun terbakar,.itu bukan masalah... :p
sbab blakangan saya sering sensi thd orang2 yg meng-agung2kan foto fine art itu haruslah foto2 yg pakek pilem,proses cetak,bahan cetakannya dsb dsb,..

ok,..karya saya yang banyak ps nya masuk aliran mana ??
hemmm........mungkin pertanyaan nya akan terjawab beberapa puluh atau ratus tahun lagi,...;) sbab yg menentukannya adalah 'pemirsa'/masarakat, bukan saya..


kenapa ga kita2 ini yg mulai atau kenapa bukan Om agan dg karya2 nya coba nembus pameran dunia, daripada pusing sendiri dg pemikiran2, kenapa ngga lsg mencoba, mencoba mengangkat apresiasi masyarakat terhadap foto

hohhoho...itu cita2 saya dan saya sedang meng-upayakannya..

bagaimana dgn anda ??

hehehehehe..set dah gan ..gue baca dari hal1-3...hihihih..gileeeeeee.........skr dah kayak seseorang yg botak dulu waktu kite dibandung { baca:Heru}.........

AGAN :hohhoho...itu cita2 saya dan saya sedang meng-upayakannya...
pake bendera "DMA" gak boss..kalo pake bendera itu gue pasti ngikut dong...btw.gue juga pake pelem2 dan proses cetak.....tapi bukan karena pengen disebut finepotosopgrafer.tapi emang belum kebeli kamera digital yg SLRHDP.heheheheh.........gan ....tumeben encer.!!!......hehehehe
salam-JIMO DIMABUK ASMORO.

Salut sekali lagi dengan semangat Bung Agan memajukan dan menyejajarkan fotografi di pentas seni. Saya jadi ikut semangat nih..Iya saya seneng senirupa juga Bung Agan, meskipun mungkin relatif jarang dan tidak sesering anda melihat pameran senirupa :) tapi saya kurang tahu seberapa tidak bergengsinyakah SFI dibanding biennale atau triennale senirupa dsb dsb...menurut anda sendiri pasti kalah jauh bergengsi ya? Hmm..
Oya, sekedar catatan kecil, kesimpulan anda mengenai saya menurut saya terlalu personal dan judgmental, tidak sepenuhnya benar, dan agak menyimpang dari maksud diskusi ini yang saya tangkap..yaitu bagaimana caranya memajukan dunia fotografi. Cukup sekian saja dan sambil terus berusaha sesuai kapasitas masing-masing, kita tunggu gebrakan-gebrakan Bung Agan dalam memajukan dunia seni fotografi.

Sudah menjadi hal biasa seorang penggemar musik rock mengatakan musik pop itu cengeng ......
penggemar fanatik musik klasik bilang rock itu gak ada irama, hanya tereak2 doank .....
yang suka jazz bilang dangdut itu kampungan....
danseterusnya, danseterusnya, danseterusnya .... tanpa ada akhir....

sementara itu di suatu tempat lain seorang composer sejati mendengarkan semua aliran musik untuk mendapatkan inspirasi, ia menggabungkan semua aliran musik, semua aliran musik dianggap setara inilah musikus sejati.
tidak pernah mencela musik orang lain, tidak mencela karya orang lain, tapi menghargainya dan membantu musik lain agar lebih maju, tidak pernah marah atas cercaan orang lain tapi malah berterima kasih, tidak membalas hinaan orang lain karena memilih untuk berkarya, tidak larut dalam pujian orang lain, bahkan selalu tampil rendah. selalu kagum atas karya seni lain, lagu ciptaan orang lain, dan kekaguman yang tulus, bukan karena teman, atau dengan pamrih. penghargaan yang diterima tidak membuatnya menjadi sombong, tetapi tetap sederhana dan rendah hati. Seorang yang pantas disebut the real master.

kisah diatas hanya fiktif belaka, tapi kalo mau percaya boleh aja, saya mo maen game lagi :D

Sebastiao Salgado, James Nacthwey, dan ribuan jurnalis didunia tidak pernah peduli foto mereka dianggap art or not, mereka lebih bahagia jika orang lain mau membantu pengungsi, korban perang/kelaparan dll yang mereka foto.
Ansel Adams lebih konsen terhadap konservasi alam dibandingkan penghargaan yang diterima, lebih konsen menurunkan ilmunya tentang zone system.

Banyak tujuan mulia dari fotografi, terkadang mata kita terlalu silau dengan berbagai penghargaan dan gelar.

Kalo saya baca "satire" nya ken rockwell "7 level fotografer", sbb:
Seorang fotografer harus membuat foto yang tidak goyang, horizon lurus, dan indah.
Sedangkan artis fotografer (kasta tertinggi) bisa seenaknya membuat foto, goyang, tidak jelas, kabur, terbalik, separo, over, horizon miring dsb.
Berbahagialah saya yang sudah mencapai kasta tertinggi. :-h

Ijinkan saya menanggapi tetek bengek yang bernama SENI dengan tanggapan dan kepribadian saya yg penuh dengan keomongkosongan...
Fine art, modern art dengan beberapa nama alirian seperti ekspresionisme,faubisme,kubisme,futurisme,dadaisme,pittura metafisika,surrealisme,abstraksionisme,suprematisme,konstruktivisme,neoplatisme,purisme,pop art dan nama2 tetek bengek lainnya yang mungkin akan terus berkembang dengan lebih banyak lagi begitupun dengan media2 seni lainnya, adalah pada intinya hanyalah untuk membedakan atau menunjukan dirinya dengan karya2 yang sudah ada sebelumnya. tentunya dengan nilai estetis yang berbeda, sebagai masyarakat seni kita tidak bisa memaksakan penilaian estetis kita dengan orang yang mempunyai pandangan yang lain tentang estetika.ingat bahwa seni itu bersih,jujur,mulia apapun medianya. hampir kesalahan kita tentang konsepsi seni ditimbulkan karena kurang tertibnya menggunakan kata2 "seni" dan "keindahan".kedua kata itu menjebak kita cara menggunakannya.kita selalu menganggap bahwa semua yang indah itu seni dan yang tidak indah itu bukan seni.identifikasi semacam itu akan akan mempersulit pemahaman /apresiasi karya kesenian. Herbert Read menulis dalam bukunya The Meaning of Art mengatakan seni itu tidaklah harus indah.
Sekali lagi janganlah terlalu dipusingkan dengan istilah2 dan nama jelis aliran seni (seni tidak mesti berupa wujud tp rasakanlah kepuasan batin pada setiap bagian2nya).

Memang pada dasarnya beberapa kegiatan berkeseian memerlukan waktu dan proses yang cukup lama dan menuntut ketekunan yang sangat luar biasa yang didukung oleh lingkungan yang menunjang. pengalaman pernah belajar lukis hanya dikarnakan saya tidak terlalu rajin utk belajar gambar bentuk dan nirmana, maka semua yg dituangkan dikanvas terasa berantakan, pengalaman pernah belajar disain hanya karna tdk pernah lg berlatih corat-coret sketsa maka persfektif dan guratan gari jadi terasa sulit, pengalaman belajar piano hanya karena tidak rajin2 membaca etude maka jari2 terasa kaku dan saling bertabrakan,pengalaman belajar biola hanya dikarenakan tidak rajin2 berlatih nada panjang maka semua lagu yg dimainkan tdk terasa bernyawa. mungkin didalam dunia fotografi pun seperti itu, mungkin anda bisa bayangkan bagaimana ansel adam atau tetek bengek lainnya bagaimana dia menghasilkan sebuah foto yang menurut beliau maksimal apabila sebelumnya mereka tidak berlatih atau melakukan beberapa pecobaan2 untuk menunjukan kepuasan batinnya,entah dalam praktek pengukuran cahayanya atau dalam proses kamar gelapnya yg membutuhkan waktu untuk percobaan2 baik dalam pencetakan atau campuran2 kimianya.begitupun pada era digitalpun sekalian

Sekali lagi keindahan pada umumnya ditentukan sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan atas spiritual batin kita. misal bahwa tidak semua wanita itu cantik tetapi semua wanita itu mempunyai nilai kecantikan (cariin yg cantik2 duong..:D)
seperti yang sudah disebutkan diatas biarlah masing2 individu menikmati apa yang dapat menjadi kepuasan atas spiritual mereka baik melalui media rupa, gerak, suara atau bunyi-bunyian, atau pun denga coretan2 puisi, prosa, DLL....

Sekali lg itu hanya tanggapan pribadi saya yang penuh dengan keomongkosongan
Krikkk...kriikk.. Krik...

Krisna : Sekali lg itu hanya tanggapan pribadi saya yang penuh dengan keomongkosongan <--- Pengalaman Pribadi yang saya jamin keabsahan dan keasliannya... Skali lagi kris.. kita teriakkan semboyan kita... "Kegagalan adalah tiadanya keberhasilan!!"... Krik.. krik...

So.. mari dilanjutkan wacana kita tentang tetekbengek ini... :) *atau kita harus berhenti untuk kemudian mengiyakan bahwa unsur seni tak bisa diejawantahkan dan dikotak2an*

So, fine art adalah... sebuah nama..