Antara Khan Shatyr – Bayterek

Oleh: Wisnu Purwanto (1980)    12 tahun yang lalu

  0 

Astana dikenal sebagai ibukota no. 2 terdingin di dunia setelah Ulan Batur. Saat winter suhu udara bisa mencapai lebih dari -40C – dan bukanlah tanpa alasan kalau dahulu kala tempat ini bernama Akmola yang artinya Nisan Putih dan juga pernah dipakai sebagai “gulag”. Namun itu semua cerita usang.

Astana – yang menggantikan Almaty sebagai ibu kota Kazakhstan sejak tahun 1997, bukanlah kota besar jika dilihat dari jumlah penduduknya yang cuma 650,000 – seukuran kecamatan di Jakarta. Namun, kota ini telah menghabiskan lebih dari USD 15,000,000,000 untuk membayar arsitektur terkemuka serta membangun city landmarks yang spektakular.
Tanggal 28 January kemarin setelah mengantarkan anak ujian SAT,kita mencoba untuk mengeksplore boulevard Nurzol Bulvar sekaligus mengukur daya tahan tubuh menghadapi cuaca yang saat itu -26C dengan humidity 10% – belum yang terdingin, namun angin kencang yang bertiup rasanya membuat muka seperti ditusuk ribuan jarum.

Kamera yang kita gunakan adalah Olympus E-620 dengan lensa kit 14-42mm, 2 battery spare, plus tripod aluminum. Kesulitan yang saya hadapi adalah mengatur setting kamera serta mengatur focus lensa. Idealnya sih pakai manual focus tapi sarung tangan yang tebal amat sangat menyulitkan pengaturan manual focus – bahkan mengatur panjang focus juga tidak mudah. Karenanya saya sepenuhnya mengandalkan auto focus yang sayangnya juga sering meleset dan super lelet karena pakai live view (susah sekali pakai view finder di kondisi seperti itu).
Beberapa kali saya sempat membuka sarung tangan untuk mengatur panjang focus. Beberapa kali harus merasakan kesakitan ketika tidak sengaja tangan lengket ketika menyentuh bagian logam dari tripod. Bahkan, karena saya mebukanya dengan mulut, ujung jari sarung tangan basah karena ludah, dan dalam hitungan beberapa detik saja membeku sehingga praktis untuk menekan tombol shutterpun tidak bisa pakai sarung tangan. Mohon maaf, meski pakai tripod masih miring juga. Angin dingin yang cukup kencang juga sangat mengganggu.

Saat dilapangan, kelihatannya foto2 yang saya ambil cukup baik, namun setelah di cek di computer banyak yang hancur, nggak focus, goyang, miring dll. Beberapa yang menurut saya lumayan, setelah diperhatikan lagi kok sepertinya ada yang mengganggu – seperti noise dan atau grainy. Padahal pakai ISO 200 meskipun masih main di jpeg (soalnya paling males otak-atik foto). Saya tidak tahu apakah hal tsb. karena kamera dioperasikan jauh diluar spesifikasinya yaitu suhu operasi 0 – 40C dan humidity 30 – 90% atau memang setting nya yang kurang pas atau salah. Pemakaian battery amat sangat boros; selama perjalanan kita mengganti battery 3x

Pandangan. saran, masukan dan tip-tip memotret pada kondisi maupun target seperti ini sangat diharapkan – masih banyak landmark kota yang sangat menarik di Astana ini.

Belum ada komentar