Belajar Memaknai Dan Memaklumi Cinta Dalam Selembar Foto

Oleh:  Agan Harahap (77838)    15 tahun yang lalu

  0 

“Bang,..fotoin prewed gue dong?!?” itulah pertanyaan adik saya ketika meminta saya untuk membuat foto preweding nya..
“Loe mau gw bikin kayak gimana fotonya? “ Tanya saya balik bertanya.
“ Yah terserah elo lah..elo kan fotografernya!!..” ujar adik saya seraya mengakhiri pembicaraan.

Otomatis terpikir oleh saya untuk menghasilkan sebuah foto pre weding yang bagus dan gegap gempita sebagai hadiah untuk adik saya dan pasangannya..
Dengan konsep yang bombastis disertai lighting yang gilang gemilang.. Atau …arghhhh!! Tiba2 sejuta pemikiran terbesit dalam benak saya untuk menghasilkan foto preweding yang terlihat ‘berkualitas, bergengsi‘ sekaligus bisa merepresentasikan rasa cinta mereka kedalam sebuah foto.

Beberapa waktu lalu,saya menemani (bukan memotret) kawan saya untuk melaksanakan foto preweding nya di seputaran ‘gedung sejuta potograper’ di kota tua..
Betapa terkejutnya saya,ketika sesampainya disana,kurang lebih setiap beberapa belas meter,ada pasangan yang sedang melangsungkan hajat : “foto-foto sebelum kawin” !

Tidak sedikit pasangan2 dengan kostum pesta perkawinan yang lengkap(atau berlebihan?) dan make-up tebal, berpose dengan senyuman yang dipaksakan di siang hari yang terik itu..

“Gan,loe ga ikutan motretin gue?” Tanya kawan saya,
”Gak ahh..kan udah ada potograpernyah..gue lagi nonton acara seru neh” jawab saya dengan santai..

Beberapa meter dari tempat saya duduk2,tampaklah seorang wanita dengan gaun yang ‘WAH’,dengan make-up dan tatanan rambut yang ‘WOW’, dengan pasangannya, yang memakai jas tebal,sarung tangan,tampak sedang berdekapan, saling bertatapan seraya terlihat bersusah payah menahan kuluman senyum dibawah teriknya matahari kota jam 1 siang. ‘WADAW !!’..(kebayang deh kalo gue yang jadi modelnya,..begitu pikir saya)

“Iyakk..tahannn..tahann..…satuu..duaa…tigaa..Nahh..bagusss “ ujar sang fotografer dengan senyuman lebar seraya menyeka keringatnya yang menetes2 sebesar telur cicak.
Pasangan itu pun melepaskan dekapannya dan dengan muka ‘mengkeret’, langsung mencari tempat berteduh.

Di ujung jalan,.masih di bawah teriknya matahari kota,nampak pula pasangan lain yang tak kalah seru nya.. Seorang pria dengan jas berwarna keemasan menaiki sepeda.Sementara sang wanita yang mengenakan gaun panjang,dengan menggenggam bunga plastik duduk manis seraya memeluk mesra sang kekasih.
“Nah…tangannya meluknya gini nihh…” ujar sang tukang poto seraya mencontohkan kepada calon mempelai,bagaimana cara memeluk yang baik dan benar.

Lalu,sembari merokok saya merenung,.. ‘apa sih sebetulnya foto pre weding itu?’
Sebegitu penting nya kah foto preweding itu bagi pasangan yang hendak menikah?
Apa sih fungsinya? Sekedar pemanis dekorasi resepsi? Sekedar mentaati permohonan orang tua?

Berdasarkan obrolan saya dengan salah seorang kawan fotografer yang sudah malang melintang di jagat fotografi preweding, fungsi dan tujuan foto preweding adalah supaya sang pasangan ingin pribadinya lebih dilihat dan dikenal oleh para tamu.

Hemm..ya ya ya….lagi2 masalah eksistensi (pikir saya)..

Lalu,bagaimana cara mendapatkan foto preweding yang baik?
Menurut kawan fotografer tadi, Ada berbagai cara untuk memunculkan kesan2 cinta kasih yang jujur dan ikhlas.
Dan menurutnya,cara yang paling efektif adalah dengan brain storming,bicara dari hati ke hati dengan calon pasangan tentang foto/konsep seperti apa yang mereka inginkan.

Beberapa kali,saya sempat terhibur dan kagum melihat foto preweding dengan konsep yang bombastis.Sang calon mempelai di foto alla pemain wayang orang, atau seperti model iklan billboard, atau bahkan sampai2 ada pasangan yang di foto sebagai tukang mie ayam sedang berpacaran dengan pembantu rumah tangga..(hahaha..ada ada saja!!)
Entah apa yang ingin disampaikan sang mempelai yang berbahagia itu kepada para tamu mereka..

Yahh..saya percaya,foto2 ‘canggih’ semacam ini adalah hasil kerjasama yang tangguh dan solid antara pasangan yang berbahagia dengan tukang fotonya.

Lalu,bagaimana bila sang calon mempelai tidak tahu apa yang mereka inginkan?
Atau bagaimana kalau konsep mereka tidak sesuai dengan selera sang fotografer?
Atau bahkan,bagaimana kalo ‘ongkos poto’ mereka tidak mencukupi ‘urusan perut’ sang juru poto?
Sudah tentu,sang fotografer pasti akan ‘mendominasi’ pemotretan dengan konsep foto yang (mungkin menurutnya) sesuai dengan pasangan tsb..

Bagaimana mungkin seorang fotografer bisa menangkap dan memunculkan kesan cinta yang jujur dan tulus apabila sang pasangan dengan kostum perkawinan yang ‘WAH’ itu harus terpaksa tersenyum manis,menahan nafas dan perut sambil berpelukan dibawah teriknya matahari kota jam2 siang?!?!?
Atau bagaimana cara fotografer menangkap dan memunculkan kesan cinta yang jujur dan tulus apabila cara memeluk pinggang saja harus dicontohkan supaya terlihat baik dan benar..(tentu pelukan pasangan dan pelukan fotografer tidak dapat disama2kan toh?)

Bagaimana seorang fotografer bisa2nya menentukan posisi kepala,badan bahkan menentukan jenis senyuman seseorang supaya terlihat mesra dan bahagia?
Berarti kemesraan yang timbul adalah kemesraan menurut standar sang juru foto kan??

Seringkali ketika diundang ke resepsi pernikahan, saya selalu melihat, mempelajari, merenungkan dan mengkritisi (tentu saja di dalam hati) tentang foto2 preweding yang dipajang di pesta itu. Dan banyak hal yang berkecamuk dalam benak saya ketika melihat foto2 preweding mereka.
Apa iya, sang mempelai pria itu benar2 seorang biker yang duduk dengan gagahnya di atas sebuah motor Harley Davidson? Padahal setau saya ia sehari2 adalah seorang akuntan.
Apa iya, pasangan itu sempat berfoto2 di Kebun Raya Bogor yang bersalju? Alangkah beruntungnya mereka, bisa difoto ditengah2 fenomena alam yang luar biasa itu.
ahh.. kenapa orang suka ber-‘lebay-lebay’ ketika difoto?
Belum lagi pose2 standar foto preweding yang selalu menunjuk ‘kearah hampa’? ( saya berpendapat, bahwa gaya menunjuk itu adalah arahan fotografer/stylist yang kurang referensi)
Dan bagaimana pula pemikiran para undangan ketika melihat dan menyikapi foto2 semacam itu ?
Dan banyak lagi hal-hal baik konsep.tema,kostum,pose,angle, dsb dsb yang biasa saya kritisi dalam sebuah hajat pernikahan.

Dengan berbagai pertimbangan dan latar belakang, sejujurnya memang tidak ada yang salah dengan foto-foto semacam itu.
Tidak ada yang salah dengan sang mempelai. Mungkin mereka ingin ‘lebih menancapkan eksistensinya secara lebih dalam’ di hati para undangan yang hadir dalam pesta perkawinan mereka, Mungkin pula mereka hanya menaati ‘anjuran’ orang tua nya. Atau bahkan mungkin karena mereka merasa tidak enak hati dengan sang fotografer yg notabene adalah kawan baik mereka..
Dan ribuan kemungkinan-kemungkinan lain yang memaksa saya untuk memaklumi foto2 preweding mereka.

Dan tentu saja, tidak ada yang salah pula dengan fotografernya. Mungkin fotografer itu harus menghidupi anak istrinya, mungkin fotografer itu kurang referensi sehingga mereka tanpa sengaja melakukan repetisi dalam foto2nya. Mungkin juga justru sang mempelai yang kurang referensi sehingga memaksa fotografer untuk melakukan repetisi2 fotografi yang tidak sesuai bagi mereka.
Dan ribuan kemungkinan2 lain yang (kembali) memaksa saya untuk memaklumi foto2 preweding mereka.

Foto preweding, kiranya janganlah terlalu dijadikan sebagai kendaraan untuk merepresentasikan eksistensi dan martabat. Jangan pula foto preweding anda jadi cerminan dari kebahagiaan semu atas nama cinta.

Buat saya pribadi, foto preweding yg baik adalah foto2 yang berhasil menangkap dan menampilkan kemesraan cinta kasih yang jujur tulus dan ikhlas antara pasangan. Sehingga (apabila) dipajang di pesta resepsi,para handai taulan yang datang dapat melihat, merasakan dan merestui kebahagiaan mereka.


“Bang, bang,..loe jadi motret preweding gue gak sih?!? “ Tanya adik saya dengan sedikit sewot.

Lantas saya menyuruh dia membaca tulisan ini sambil beranjak pergi.


* Agan Harahap yang sedang belajar foto pre wedding

Belum ada komentar