Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Mira TJ (4738)    20 tahun yang lalu

  0 

Aku baru dapet tugas bikin paper wedding photography dalam 2-3 bulan ini. Rencananya mau bikin perbandingan antara yang aku lihat di sini sama yang ada di Indonesia. Bantuin dong :D nanti kalau aku dapet A, aku sharing di FN deh hasilnya.

Ada beberapa pertanyaan. Yang pertama mengenai peralatan yang digunakan atau pernah digunakan untuk liputan. Mulai dari yang lengkap banget, yang secukupnya - menengah ke atas atau menengah ke bawah, yang ngepas en ngapret en nekad....apa saja? Crita-crita dong. Alasannya apa bawa alat segitu, wish list-nya apa.

Kedua, aku kemarin surfing tentang ini. Aku perhatikan sebagian besar dari foto pengantin Indonesia, pengantin prianya berada di sebelah kanan pengantin wanita. Ini filosofinya apa ya? Kalau di sini, menurut fotografer yang aku ikutin (ngintil dia kerja motoin wedding) pengantin pria berdiri di sebelah kiri pengantin wanita supaya korsase-nya terlihat jelas. Korsase kan selalu disematkan di atas jantung.

Ketiga, di pernikahan-pernikahan saudara dulu mereka kebanyakan ngga pakai fotografer kalau pas upacara tradisional (di rumah, bukan di mesjid/gereja/vihara). Biasanya direkam pakai video atau difoto-foto sendiri sama kita-kita pakai pocket camera. Apa iya semua begitu? Ada yang pengalaman ngerjain candid photo untuk upacara tradisional? Cerita-cerita dong.

Kalau ada yang mau nambah-nambahin lagi, terima kasih sekali sebelumnya.

Thanks' berat :)

Re: Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Yoni Tan (13785)    20 tahun yang lalu

 0 

Mungkin sedikit nambahin biasanya acara pertunangan akan dilakukan shooting di dua tempat, yaitu pihak lelaki yang melakukan persiapan utk menjemput pengantin wanita (dengan menata semacam buah2an, kue2 dan lain2nya) dan dari pihak perempuan dan keluarganya yang menunggu jemputan itu untuk menuju suatu tempat/pestanya. Waktu itu kebanyakan yang moto2 ada dua pihak dan kebanyakan candid semua dan kita lebih prefer yang minimal bisa wide kayak 28-90mm karena gambar yang diambil kebanyakan terjadi dirumah jadi sebisa mungkin mengcapture surrounding yang ada.

Saya dulu pernah dua kali candid shooting untuk kakak saya dan kakak dari pacar saya. Diusahakan untuk foto2 itu berhubung didalam ruangan maka sering yang terjadi adalah tdk cukupnya cahaya yang masuk / gelap meskipun flash sudah dinyalakan krn memang keterbatasan flash. Mungkin itu juga salah satu sebabnya saya jarang mau menggunakan zoom yang ada itu. Dengan kamera pocket dari Fuji (lupa typenya) dan film ISO 400 saja yang dipakai dan hasilnya cukup bagus.

Sekedar perbandingan aja, pada wkt pertunangan itu dari pihak lelaki hanya menggunakan kamera pocket dan pihak perempuan itu menggunakan jasa fotografer dan video profesional. Memang terlihat bedanya terutama dilightingnya dan momen yang tercapture lebih tertata (saya tanya lebih lanjut krn mereka juga menyertakan pengarah gaya utk setiap adegan yang difoto). Dibandingkan candid shooting itu mungkin kesannya lebih casual.

Semoga pengalaman yang ada ini lebih membantu sedikit banyak. Sorry soal pertunangan bukan wedding tapi nyerempet2 dikit nggak apa2 khan ??? Terus terang kalau sudah masuk pernikahan rasanya mereka lebih care dan takut kehilangan momen yang ada krn itu lebih tdk sayang utk menyewa jasa profesional.

Re: Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Goenadi Haryanto (69924)    20 tahun yang lalu

 0 

Dear Mira, Rasanya, kalau kita repot menguruskan perlengkapan, kita lupa motretnya. Saya bukan spesialis wedding fotografi, tetapi secara umum, dapat dikatakan, bahwa lensa yang lebih panjang dari 135 mm, sebaiknya ditinggal di lemari saja. Buat saya, kalau mau membuat foto, urutan dari hal yang penting untuk diperhatikan, adalah: lightfall dan light quality, exposure, baru pose, accessories, dll. Karena itu, kalau perlu menggunakan flash, saya usahakan flashnya off camera dengan extention cable. Untuk light quality, secara umum, kita gunakan lighting yang agak soft, jadi bounce reflector dan aneka macam gadget yang dapat memberikan soft light, seperti omni attachment, boleh di bawa. Saya juga membaca problem Anda ttg flash (SB 24?), mohon diingat film Ilford SFX yang Anda gunakan adalah semi-infrared, sehingga cahaya flash yang temperatur warnanya di atas 5.500 K, mungkin kurang effektif untuk memberikan exposure yang balance. Saya menggunakan SB 28, maupun SB 80X, dengan film warna, tidak ada masalah dengan TTLnya, termasuk penggunaan bounce card dan wide anggle attachmentnya. Kembali ke wedding photography, kecuali kita berada di studio, saya lebih suka membawa perlengkapan yang minimal, suapa kita fokus kepada kreativitas motretnya, bukan kepada kerepotan mengurusi alat. Selamat menggarap tugas kuliah Anda.

Re: Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Eka Alam Sari (9096)    20 tahun yang lalu

 0 

Mbak Mira, * Um, kebetulan pernah kursus foto dasar fotografi yg dosennya fotografer wedding dan saya boleh ngintil. Biasanya kita pakai lensa yg 28-80 atau 24-120. Lalu bawa juga lensa 85 dan 20. Flash pakai SB 26, Sb 28, sb 80 dx. Film kalo warna dosen tsb pakai kodak SUPRA 400 untuk foto liputan. Lalu film 120 pakai Kodak EPP atu Fuji Velvia. Saya sendiri prefer motretin pengantinnya kalo di studio pun manfaatin window lighting dan cuma pakai 2 reflektor dari streofoam. Atau milih outdoor. Kalau yg foto studio pakai lightingnya saya belum pernah tahu. Peralatan di atas saya pakai juga buat foto2 gratisan motret kawinan teman atau saudara. Favorit saya lensa 85 dan lensa 20 buat foto bersama. Atau kalo di luar tambah reflector ada teman yg pegangin. Setuju dg pak Goen, yg simpel aja gak pakai filter2. * Di Indonesia begitu kenapa yah? Wah aku kurang tahu. Tapi kalau menurut penjelasan Samuel yg berdasarkan gereja gitu. Sebelum pemberkatan duduknya mempelai wanita dimana, setelah pemberkatan pindah (Tukar) sbg tanda suami istri, bukan sekedar korsase terlihat. Intinya ya melindungi wanitalah. * Pengalaman motret candid pernikahan Jawa, ribet pas acara cuci kaki :) Tetap pakai kamera yg bukan poket, tapi saudara2 tetap juga jagain pakai kamera poket. Ya jaga2 aja sih. Hem, adik saya mau nikah dg orang Batak sekitar Agustus pakai adat dapat marga juga. Kali pas ke Jakarta? Silakan kalau mau ngerasain foto adat, saya merasa senang. * Semoga sukses ya, Mira.

Re: Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Tanti Johana (37658)    20 tahun yang lalu

 0 

Betul katanya Pak Goen Mir, kalo kita bingung mikirin alat, ntar malah gak jadi motret ?

Beberapa waktu yang lalu aku moto pernikahan temanku, dengan bermodal kenekatan aku menawarkan diri untuk memfoto kegiatannya pas di rumah, catatan sipil, gereja dan di resepsinya. Sengaja tidak pakai penataan gaya segala macam supaya punya kesan casual. Foto yang aku hasilkan banyak yang tidak mengikutkan suasananya, iya sih memfoto suasana juga tapi fokusku lebih kepada pengantinnya. Kamera yang aku bawa ? Ya kamera kesayanganku itu Mir. Kebetulan ruang catatan sipil dan rumahnya terang jadi foto-foto di dalam ruang nggak perlu pakai blitz. Acara gerejanya yang agak payah, pencahayaan gereja tidak mencukupi, ya akunya yang maju sampai deket mereka banget, supaya bisa menangkap momen pentingnya. Apa lagi ya ? O iyah, pas resepsinya aku jeprat-jepret aja, perlu pakai blitz, blitz yang di kamera aja yang aku pakai. Ntar aku tambahin. Ato kamu nanya deh.

Re: Pertanyaan: wedding photography

Oleh:  Janu Dewandaru (15437)    20 tahun yang lalu

 0 

Sedikit bagi pengalaman nih.Waktu wedding-nya adik saya yg paling bungsu kemarin, kita pake dua fotografer. Yg satu fotografer khusus "dokumentasi"..yg tujuan utamanya ya mendokumentasikan semua prosesi (kebetulan pake adat Jawa) dari mulai Rasulan, Siraman, Sungkeman, Jual Dawet, Midodareni, Akad Nikah, sampe Resepsinya di gedung. Yang satu lagi, saya menawarkan diri utk menangkap sisi-sisi yg lebih "dalam" dari pernikahan ini. Ndak tau apa sudah layak masuk ke kategori Arts Photography (silahkan lihat2 hasil fotonya di FN..hehehe..)....tapi saya berusaha menangkap emosi, atmosfir, dan rasa yg terkandung dalam prosesi. Tidak hanya sekedar menggambil gambar pengantin yg sengaja Posing utk itu,..tapi justru pengambilan scr candid saya rasakan mencerminakn emosi yg lebih jujur...

dan secara jujur,..rasanya saya ikut tenggelam dalam pesona prosesi pernikahan yg saya abadikan...apalagi prosesi upacara adat tradisionilnya yg penuh dengan simbolisme, dan sangat terasa kesakralannya......

Terima kasih banyak semua

Oleh:  Mira TJ (4738)    20 tahun yang lalu

 0 

Aku banyak dapat masukan baik melalui forum, e-mail, maupun chatting. FN emang TOB tenaaaaan, hehehehehe. Tapi belum selesai sih, aku mungkin nanti akan ada pertanyaan-pertanyaan lagi, yang ini aku cerna dulu.

Sekali lagi, terima kasih atas masukannya.