Saya sampai 2 (dua) kali membaca tulisan Iwan Zahar yang berjudul, “Fotografer Indonesia terjebak Komposisi 9 Bagian”agar bisa mengerti betul maksud tulisan tersebut. Soal : tidak terbiasa membaca tulisan yang rada-rada berat jadi rada susah ngertinya, walaupun tulisan itu memang mencerahkan Yang bikin susah ngertinya pertama; saya belum pernah mengenal komposisi 9 bagian. Jadi bingunglah ketika ada yang menyatakan Fotografer Indonesia (mungkin juga termasuk saya?, apakah saya fotografer?) terjebak dalam komposisi itu. Maklum saya belajar motret secara otodidak, belajar dari try & error. Selama ini saya motret mengikuti naluri keindahan yang susah ada dalam diri saja. Saya percaya Tuhan Yang Maha Indah sudah menanamkan Keindahan-Nya di dalam setiap makhluk ciptaan-Nya. Jadi keindahan itu sendiri sudah menyatu dengan setiap makluk apapun mahkluk itu. (Kalau tidak percaya bagi yang muslim silakan lihat ayat Qursi di Alquran yang menyatakan Tuhan melingkupi segala sesuatu, kalau Tuhan itu Maha Indah pastilah keindahan-Nyapun melingkupi segala sesuatu juga, walah jadi khotbah...) Kedua, walaupun saya pernah belajar ilmu arsitektur rasanya belum pernah diajarkan teori komposisi 9 bagian. Mungkin masa keemasannya teori itu sudah lewat. Atau mungkin teori itu sudah dimodifikasi dan digabung-gabung dengan teori estetika lain sehingga sudah menjadi teori baru yang lebih banyak variannya. Pada era saya kebetulan yang didoktrinkan text booknya pandangan-pandangan arsitek yang (menurut saya kebetulan juga mereka itu) tidak punya selera dengan komposisi 9 bagian itu , seperti: Frank Gehry, Peter Einsenmen, Zaha Hadid, dll. Jadi susah saya untuk meyadari betulkah diri saya terjebak dalam doktrin komposisi 9 bagian. Tapi kalau saya lihat kembali foto-foto saya, kok apa yang dikatakan Iwan Zahar itu betul adanya. Garis horison, sunset di 1/3 bagian atau di 2/3 bagian, dsb-dsb. Kok bisa ya pamahaman keindahan dan kaedah estetika saya sama seperti yang diajarkan teori komposisi 9 bagian? Padahal saya nggak pernah tahu teori itu. Aneh! Apa karena doktrin yang termakan dari pelajaran menggambar di masa kecil? Atau memang karena teori 9 bagian itu mengandung kebenaran kaedah keindahan universal, sehingga tanpa sengaja kaedah keindahan yang saya pahami bersentuhan dengan kaedah keindahan yang universal komposisi 9 bagian itu? Dari sini saya percaya; walaupun ketinggalan jaman teori 9 bagian itu tetap saja mengandung keindahan universal yang berlaku sampai bumi ini kiamat. Jadi apa salahnya komposisi 9 bagian itu? Bingung ke tiganya; saya belum pernah lihat karyanya Ansel Adams jadi tidak bisa membayangkan bagaimana sih foto yang tidak mengikuti doktrin 9 bagian itu? Lalu saya coba cari di situs webnya. Nah, ini dia saya upload sebagai pembanding. Siapa tahu ilustrasi ini bisa lebih memperjelas perbandingan-perbandingan komposisi itu. (BTW, melihat karya-karya Ansel Adams ini kok saya jadi minder abis....) File : Lihat! Dan hal yang sama saya lakukan untuk foto-fotonya Henry Cartier Bresson. File : Lihat! Apa yang dikatakan Iwan Zahar betul, sangatlah jauh berbeda komposisi pada foto-fotonya Ansel Adams maupun Henry Cartier Bresson dengan foto-foto saya (yang entah mengapa baru saya sadari ternyata saya adalah salah satu pengikut Komposisi 9 bagian itu). Walaupun begitu, sedikit banyak saya melihat pengaruh komposisi 9 bagian itu terlihat dalam karya-karya foto mereka, meskipun tidak dominan. Saya jadi mengerti maksud sebenarnya dari tulisan Iwan Zahar itu, yaitu untuk memotivasi kita semua untuk berani mengeksplore sesuatu yang baru dalam dunia fotografi Indonesia dan tidak terpaku terus oleh kaedah-kaedah baku yang telah ada. Keindahan itu luas kok tak ada batasnya seperti juga Tuhan Yang Maha Tak Terhingga Yang menciptakan keindahan itu. Tentu saja kelak itu akan bermanfaat bagi perkembangan dunia fotografi di Indonesia. Dari tulisan tersebut pula saya mulai bisa mengapresiasikan karya-karya foto Iwan Zahar. Dari semua karya foto Iwan Zahar saya lihat memang mengandung nilai keindahan yang (terus terang) saya susah pahami. Maklum, diam-diam doktrin "9 bagian" sudah lama mengendap dan terpatri. Jadi mau nggak mau acuan keindahan saya terpantul ke doktrin tersebut untuk menilai kadar keindahan suatu karya, maka jadilah foto-foto yang rada keluar dari doktrin yang sudah saya kenal itu menjadi terasa aneh keindahannya. Tulisan Iwan Zahar tersebut saya jadikan pengantar untuk bisa menikmati karya-karya Iwan Zahar dan juga tentu untuk belajar melihat keindahan dari sisi lain bukan dari teori 9 bagian itu. Terimakasih Iwan Zahar! Ayo FN-ers, mari berkarya dengan terobosan-terobosan baru! Jangan malu untuk tampil beda walaupun mungkin untuk sementara karya kita belum bisa dinikmati orang lain. Siapa tahu di antara FN-ers ada yang membuat teori komposisi baru dalam dunia fotografi, kita namakan saja Teori Komposisi: Bagian ke-9, The New Wave! Tapi kalau masih mau menggunakan teori 9 bagian itu juga nggak apa-apa kok. Asal setiap karya foto itu bisa membuat banyak hati tersentuh sudah cukuplah itu. Sah-sah dan halal-halal saja. Salam terus berkarya.