Memotret Bangunan Bersejarah dan Rumah Adat

Oleh:  Ucok P. Harahap (40158)    12 tahun yang lalu

  0 

Mengunjungi suatu tempat kurang lengkap rasanya jika tidak memotret bangunan menarik yang merupakan icon daerah tersebut. Bangunan bisa berupa rumah adat, bangunan bersejarah hingga tempat ibadah. Dari sebuah bangunan bisa digali cerita menarik mengenai kehidupan penghuninya maupun sejarah bangunan tersebut.

Paling tidak ada 2 pendekatan yang bisa dilakukan untuk memotret bangunan. Dari sisi arsitektur ataupun dari sisi cerita (essay) yang akan dibangun mengenai bangunan tersebut. Topik ini menekankan arsitektur (interior dan eksterior) suatu bangunan. Diharapkan dengan diskusi ditopik ini, akan membantu peserta yang akan mengikuti acara di sini. Tersedia merchandise menarik bagi peserta diskusi terpilih.


Untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu bangunan, kita dapat melakukan riset melalui internet sebelum berangkat. Namun jika waktu kita sempit, jangan takut. Karena selalu ada sisi menarik dari sebuah tempat. Jika tempat tersebut kurang menarik untuk diabadikan secara utuh, kita bisa mengambil potongan / bagian menarik dari bangunan tersebut.

Perspektif bangunan sangat penting dalam sebuah foto arsitektur. Lensa kamera yang digunakan akan berpengaruh terhadap persepektif. Idealnya bangunan tampak lurus tanpa distorsi seperti mata manusia memandang. Ini bisa didapat dengan menggunakan lensa normal (50mm). Namun kondisi di lapangan seringkali tidak memungkinkan untuk selalu menggunakan lensa normal.

Bagaimana untuk mengatasi keterbatasan alat dan kondisi lapangan tersebut ? Berikut tipsnya :
• Untuk menghasilkan foto dengan distorsi minimal, permukaan lensa harus sejajar dengan permukaan bangunan (paralel)
• Untuk bangunan tinggi, usahakan naik setinggi mungkin hingga bisa sejajar dengan perut bangunan. Cara lainnya pemotretan dilakukan dari jarak jauh dengan menjaga agar lensa tidak mendongak keatas (tetap paralel). Akan banyak bidang kosong dibagian bawah, yang nantinya harus dibuang (croping)
• Koreksi perspektif juga bisa dilakukan dengan bantuan program pengolah foto. Syaratnya ada bidang kosong yang cukup dan sengaja kita siapkan untuk melakukan koreksi perspektif melalui software
• Koreksi persepektif yang paling tepat adalah dengan penggunaan lensa Perspective Correction / Lensa Tilt & Shift ataupun dengan menggunakan View Camera

Lensa sudut lebar dengan distorsi berbentuk gentong (barrel) tetap dapat digunakan. Ambil posisi low angle yang ekstrim. Namun jaga agar sumbu bangunan tetap berada ditengah dan lurus, karena distorsi minimal ada di bagian tengah lensa. Hasilnya akan terlihat cantik & dramatis, namun bangunan tidak terlihat seperti akan rubuh. Lensa fish eye jarang digunakan untuk pemotretan bangunan karena akan menghasilkan gambar yang tidak realistis.

Suatu bangunan bisa diabadikan dalam kondisi utuh maupun bagian per bagian. Pada sebuah rumah adat misalnya, seringkali kita menemukan bentuk grafis atau elemen bangunan yang sangat menarik untuk diambil detailnya. Kubah, pintu, jendela, tangga, relief atau ukiran, serta ornamen penghias rumah seringkali lebih menarik dibandingkan bangunan itu sendiri.

Mengenai interior, Saya hampir tidak pernah menemukan sesuatu yang menarik untuk dipotret pada interior rumah adat. Kebanyakan rumah adat di Indonesia suram dan kurang terawat bagian dalamnya. Sebagian lagi terlihat terlalu artifisial (seperti museum). Lain halnya dengan bangunan bersejarah ataupun rumah ibadah. Bagian dalam bangunan seringkali sangat menarik, namun diperlukan trik dan kesabaran untuk memotretnya karena biasanya minim penerangan ataupun memiliki kontras yang sangat tinggi. Berikut tips untuk mengatasi :

• Gunakan tripod untuk memudahkan komposisi serta memungkinkan untuk memotret dengan kecepatan yang rendah
• Buka jendela dan pintu bangunan jika memungkinkan dan hidupkan penerangan didalam ruangan jika ada
• Jika ada waktu yang cukup, bisa menggunakan multiple flash ataupun menyinari bagian-bagian ruangan secara manual (painting with light)
• Untuk ruangan yang memiliki kontras yang tinggi, bisa menggunakan teknik HDR (high dynamic range). Sebuah komposisi dipotret beberapa kali dengan eksposure berbeda untuk kemudian digabungkan. Agar komposisi tidak bergeser, tripod mutlak diperlukan. Beragam teknik serta aplikasi HDR tersedia di Internet

Yang tak kalah menarik untuk digali adalah cerita mengenai suatu tempat. Disela kegiatan memotret ada baiknya kita mencari informasi mengenai bangunan tersebut. Saat kembali dari traveling, selain berbagi foto dengan kolega, cerita lengkap mengenai bangunan tersebut dapat anda bagi.

Silakan saling berbagi pengalaman ditopik ini. Selamat mengikuti program ini, semoga anda yang beruntung berlayar dengan Kapal Phinisi ke Pulau Komodo. Jangan lupa ada merchandise menarik untuk peserta diskusi yang terpilih di topik ini serta topik berikut :

• Berbagi Kisah dan Foto Hasil Perjalanan
• Mengabadikan Kesenian Tradisional dan Upacara Adat
• Foto Satwa Pada Alam Bebas
• Tips Foto Landscape


Belum ada komentar