Mengatur Sistem Kerja Kamera OLYMPUS

Oleh: Agung Surya Widjaya (855)    13 tahun yang lalu

  0 

Untuk mendapatkan foto-foto yang bagus, tidak hanya perlu alat fotografi (terutama kamera) saja, masih diperlukan sistem kerja (penguasaan teknis) yang baik dan kepekaan artistik yang cukup. Jadi fotografi merupakan suatu kemampuan yang terpadu. Pada kamera digital semua parameter fotografi harus ditata (diatur) satu persatu sebelum kita membidik untuk merekam gambar. Beberapa rekomendasi pengaturan kamera Olympus model baru, E-3, E-520, E-620, E-30, E-P1, E-P2, E-PL1.

Pengaturan Awal (Basic Setup) :
Pengaturan awal ini sangat berharga jika kita ingin bekerja kreatif, karena kita bisa memerintahkan kamera bekerja menurut keperluan atau maksud yang diinginkan. Semua pengaturan atau prekondisi yang diinginkan bisa diatur sebelum kita mengambil gambar, dengan demikian kita selalu bisa mempertahankan kualitas perekaman gambar optimal. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan

  • 1. Kepekaan / kecepatan (ISO)
    Rekomendasi : ISO AUTO
    Pada kamera Olympus, ISO sangat disarankan diatur pada AUTO. Karena sistem kerja kamera Olympus merupakan sistem kerja terpadu (terintegrasi), selain mengukur kecerahan cahaya, kamera juga memperhitungkan panjang lensa yang digunakan dan efektifitas kerja penstabil gambar (image stabilizer). Memperhitungkan panjang lensa dan kerja penstabil gambar, mengakibatkan kamera membutuhkan kecepatan rekam yang lebih tinggi, dan ini hanya bisa dicapai dengan menaikan ISO kerja. Jika ISO ditentukan pada satu kepekaan saja (misalnya ISO 400), maka efektifitas kerja sistem kamera justru menjadi lebih terbatas.

  • 2. Keseimbangan warna.
    Rekomendasi : WB AUTO / Daylight
    Keseimbangan warna (color balance) umumnya berpedoman pada cahaya matahari, karena cahaya matahari memiliki spektrum yang lengkap, sehingga mampu menghantarkan semua warna secara optimal. Sangat disarankan pengaturan WB pada AUTO, karena sistem pengendalian warna akan mengikuti kondisi kecerahan cahaya, karena keseimbangan warna cahaya saat cerah dan saat remang-remang menjadi berbeda, demikian juga kondisi warna cahaya matahari pada berbagai waktu.

  • 3. Pengukuran (metering)
    Rekomendasi : ESP / Multi Pattern
    Sistem pengukuran cahaya pada Olympus menggunakan sistem cerdas dengan Shadow Adjustment Technology, maka sangat disarankan menggunakan pola pengukuran multi-segmen (ESP) (electro separation pattern). Dengan menggunakan 49 segmen pada seri Olympus E (dslr) dan menggunakan 324 segmen pada seri Olympus PEN, maka seluruh kecerahan dianalisa, baik kecerahan cahaya setipa elemen gambar, kemudian berapa besar porsi dan pengaruhnya untuk keseluruhan gambar, sehingga setiap pencahayaan dapat ditentukan dan dilakukan secara akurat.

  • 4. Mode rekam (record mode)
    Rekomendasi : Large Super Fine (LSF)
    Pilih ukuran rekam maksimum, karena gambar foto digital yang terekam adalah ukuran maksimum yang bisa didapat. Gambar digital tidak bisa diperbesar lagi, rekaman yang didapat dari kamera adalah pembesaran maksimum. Jika anda merekam gambar dengan ukuran kecil (kartupos), maka foto itu hanya bisa diperbesar maksimum seukuran tersebut (kartupos / 3R), jika diperbesar lagi maka gambarnya akan “pecah” (lebih kasar dan buram). Jika menggunakan mode LSF, maka ukuran file gambar menjadi besar, konsekwensinya jumlah foto yang dapat direkam dalam kartu memori menjadi lebih sedikit, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan kartu memori dengan kapasitas lebih besar lagi. Untuk kamera 10Mpx, disarankan menggunakan kartu memori min 4Gb, untuk kemera dengan sensor 12Mpx, disarankan menggunakan kartu memori minimal 8Gb.

  • 5. Nilai Pencahayaan (Exposure Value) (EV)
    Rekomendasi : 1/2EV
    Default kamera, nilai pencahayaan 1/3EV, sebaiknya diatur pada 1/2EV, ini dilakukan untuk mengurangi jumlah angka diafragma dan kecepatan rana, sehingga pengaturan pencahayaan bisa lebih cepat dan efisien. Demikian juga jika menggunakan kompensasi pencahayaan, nilai 1/3EV kurang efektif. Nilai pencahayaan ini diatur melalui MENU SETTING 1, pada kelompok E, nilai default kamera adalah 1/3EV.

  • 6. Pengaturan Kontras Gambar (Untuk Membidik Subyek Terang Belakang (backlight)
    Shadow Adjusment Technology (SAT))
    Rekomendasi : Shading Comp = ON.
    Mengaktifkan SAT, melalui MENU SETTING 1, pada kelompok E, default kamera “Shading Comp = OFF”, kita harus mengaktifkannya dengan merubahnya menjadi “Shading Comp = ON”. Fasilitas ini akan mengatur agar bagian gelap dari pemandangan yang dibidik tidak menjadi hitam, fotografer bisa membidik subyek dengan cahaya cerah dari belakang (back lighting), dan hasilnya wajah subyek tidak menjadi gelap / hitam.

  • 7. Mode fokus (focus mode)
    • Mengatur kerja fokus kamera, bisa dipilih pengendalian manual atau otomatis (AF), atau gabungan kendali otomatis dan pengaturan manual (AF + M).
    • Untuk pemotretan normal (subyek alam, manusia, aktifitas harian), menggunakan single focusing (S-AF), sistem fokus ini aktif dan mengunci pada saat tombol rana ditekan setengah.
    • Untuk pemotretan subyek bergerak (manusia bergerak atau lari, atau berbagai aktifitas olahraga), menggunakan continuous focusing (C-AF), sistem ini dilengkapi dengan fokus tracking, sistem ini akan tetap aktif bekerja dan terus-menerus mengatur fokus terhadap subyek selama tombol rana ditekan setengah. Pada saat tombol rana ditekan untuk merekam gambar, sistem focus tracking kamera memprediksi posisi terakhir subyek dan mengatur fokus pada posisi tersebut agar gambar tetap tampil dengan ketajaman optimal.

  • 8. Face Detection
    Rekomendasi : Face Detection ON
    Dengan mengaktifkan face detection, maka sistem fokus kamera akan memprioritaskan deteksi wajah, daripada sistem bingkai fokus otomatis (AF frame). Dengan demikian kamera masih bisa memfokus wajah subyek, meskipun wajah tersebut ada dipojok bingkai bidik. Jika kita menggunakan bingkai fokus otomatis (AF frame) kamera yang tersedia, maka wajah pada pojok bingkai bidik tersebut tidak bisa fokus. Face detection bisa mendeteksi sampai 8 wajah dalam bingkai mbidik, dan juga akan memperioritaskan kamera bekerja agar seluruh wajah yang terdeteksi bisa terekam jelas (tajam).



MODE PENCAHAYAAN

Pada kamera tersedia berbagai mode pencahayaan, mulai dengan simple shot (teknik bidik sederhana) dengan fasilitas iAUTO, Program (P), Aperture Priority Shot (A), Shutter Priority Shot (S) maupun pengendalian Manual (M), juga tersedia berbagai Program Khusus (SCENE) yang dapat digunakan untuk membidik berbagai subyek, dan sistem kamera sudah menyiapkan sistem perekaman gambarnya, dan yang mnarik adalah fasilitas ART FILTER, yang merupakan sarana baru untuk bekerja lebih kreatif.

  • 1. iAUTO
    Disini kamera yang mengatur semua parameter pemotretan, pengguna atau fotografer tinggal menekan tombol rana untuk merekam gambar yang diinginkan. (banyak parameter penting kamera yang tidak bisa diatur fotografer, kamera sudah mengatur berbagai hal penting untuk bekerja).

  • 2. Program (P)
    Kamera mengatur baik diafragma (aperture), maupun kecepatan rana (shutter speed) untuk mendapatkan mutu rekaman optimal, meskipun demikian, ada beberapa parameter kerja lain harus ditentukan dan diatur oleh fotografer untuk mencapai kualitas maksimal.

  • 3. Shutter Priority (S)
    Pengguna kamera atau fotografer menentukan kecepatan rana (shutter speed) yang akan digunakan membidik subyek (tergantung kecepatan yang diperlukan untuk merekam gerakan subyek). Kemudian kamera akan mengatur diafragma (aperture) secara otomatis sesuai dengan kecerahan yang ada, sehingga bisa diperoleh pencahayaan normal. Mode Bidik dengan Prioritas Rana seperti ini sangat diperlukan saat membidik subyek bergerak, aktifitas olahraga, atau pada saat menggunakan lensa telefoto. Kita membutuhkan kecepatan tinggi untuk merekam aksi subyek yang bergerak atau aktifitas dimana subyek bergerak cukup cepat (misalnya kegiatan olahraga), untuk membekukan gerakan (freezing moment) dan mendapatkan tampilan detil-detil subyek yang jelas.Pada saat menggunakan lensa telefoto, sekitar 100mm atau lebih panjang, maka kita membutuhkan kecepatan cukup tinggi juga untuk mengkompensasi atau untuk mengurangi efek guncangan (getaran) kamera yang digenggam. Untuk mendapatkan mutu rekaman optimal, ada beberapa parameter kerja lain yang harus juga ditentukan dan diatur oleh fotografer, antara lain mode rekam, pola pengukuran, face detection, dll.

  • 4. Aperture Priority (A)
    Pengguna kamera atau fotografer menentukan diafragma (aperture) yang akan digunakan membidik subyek (tergantung jarak pandang yang ingin ditampilkan), maka kamera akan mengatur kecepatan rana (shutter speed) secara otomatis sesuai dengan kecerahan yang ada, sehingga bisa diperoleh pencahayaan normal. Bisa digunakan untuk berbagai macam kondisi pemotretan, mulai dengan kegiatan keluarga, membidik potret orang-orang tersayang, membidik panorama alam, dan sebagainya. Selain mode bidik, masih ada beberapa parameter kerja lain juga harus ditentukan dan diatur oleh fotografer untuk mencapai kualitas maksimal, antara lain mode rekam, pola pengukuran, face detection, dll).

  • 5. Manual (M)
    Mode bidik Manual hanya dianjurkan jika fotografer menginginkan efek eksposure, misalnya membuat foto siluet, melakukan pencahayaan lebih (over eksposure) untuk mendapatkan tampilan gambar foto high-key, untuk mendapatkan foto yang cenderung gelap (low-key), dan sebagainya. Untuk pemotretan normal (alami), sangat dianjurkan untuk menggunakan mode bidik otomatis (P, S, A), karena bekerja dengan manual sangat merepotkan dan sulit diperoleh rekaman pencahayaan yang akurat.

  • 6. SCENE
    Berbagai Program Pencahayaan Khusus yang tersedia dalam SCENE, dapat digunakan untuk berbagai keperluan, atau disesuaikan untuk berbagai situasi pemotretan, misalnya program bidik Matahari Terbenam, memang sangat sesuai untuk keadaan tersebut, karena kamera sudah menyesuaikan pengaturan kerjanya untuk mendapatkan foto terbaik dari subyek bidik tersebut. Dalam SCENE, selain program bidik Matahari Terbenam (SUNSET), tersedia berbagai program khusus lainnya, seperti Portrait, Landscape, Potret + Landscape, Night, Night Portrait, dan sebagainya.

  • 7. Kompensasi pencahayaan (exposure compensation)
    Rekomendasi : + 1/2EV
    Untuk mencegah ketidaktepatan rekaman untuk kecerahan normal, dan mengurangi dampak noise yang timbul di daerah bayangan atau daerah gelap, sangat disarankan pada kamera Olympus E-3, E-520, E-30, E-620, E-P1, E-P2, dan E-PL1, untuk mengatur kompensasi pencahayaan pada + 1/2EV, terutama pada saat menggunakan pencahayaan otomatis (P, S, A), untuk semua kondisi pemotretan umum, baik di luar ruang dengan cahaya matahari, maupun di dalam ruang dalam cahaya lampu ruangan. Untuk pemotretan yang cenderung cahaya belakang (backlighting), maka kompensasi bisa ditingkatkan sampai + 1EV, tergantung dari kondisi subyek dan cahaya yang ada.



Catatan :
  • Pada saat kamera bekerja secara otomatis, baik Program (P), Shutter Priority (S), maupun Aperture Priority (A), maka kompensasi pencahayaan akan langsung mempengaruhi hasil bidikan (rekaman gambar). Kompensasi penambahan (+) berarti kamera akan mengatur pencahayaan menjadi lebih terang, sementara kompensasi pengurangan (-) berarti kamera akan mengatur pencahayaan menjadi lebih gelap. Pada pencahayaan manual (M), kompensasi hanya mempengaruhi indikator pengukur cahaya (metering) saja, tetapi pada pengendalian otomatis (A dan S) serta pencahayaan program (P),

  • Pengunci pencahayaan otomatis (auto exposure lock)
    Pada mode pencahayaan otomatis atau program (A, S dan P), jika tombol ini ditekan, maka kombinasi pencahayaan akan mengunci pembacaan kecerahan yang terakhir, tidak terpengaruh lagi oleh kecerahan pandangan baru, kemudian kamera akan melaksanakan pencahayaan yang dikunci.

  • Tombol putar-ulang (playback button)
    Menampilkan kembali gambar-gambar yang sudah direkam dan mengatur kerja kamera pada mode tayang (playback mode).

  • Tombol hapus (erase button)
    Menghapus gambar-gambar yang sudah direkam.

  • Tombol pengaman (protect button)
    Mengamankan gambar agar tidak terhapus saat kita menggunakan tombol penghapus atau menu hapus. Tetapi gambar atau data akan tetap terhapus (hilang) jika diformat.

  • Tombol INFO (INFO button)
    Menampilkan data-data hasil rekaman gambar, ukuran dan kualitas, nomor file / urut, tanggal, jam, mode pencahayaan, dan berbagai parameter bidik lainnya. Mengatur Perekaman Gambar Foto

  • Mode lampu kilat (flash mode)
    Mengatur kerja lampu kilat saat pemotretan, kita bisa mengatur lampu kilat untuk bekerja internal, mengatur lampu kilat tambahan (external), sebagai cahaya utama atau pengisi, kecepatan sinkro normal atau lambat, dan sinkro layar pertama maupun sinkro layar kedua (second curtain synchronization).


By: Makarios Soekojo
Belum ada komentar