The Art of Landscape

Sebagai kelanjutan dari serie sebelumnya: Part Satoe: Landscape is the art of OBSERVATION



Mungkin terkesan atau terdengar aneh, saat membaca Landscape is the art of cropping.
Apakah artinya setiap foto landscape harus kita crop? Apakah crop menjadi suatu kewajiban?

TIDAK.
Esensi dari Landscape is "The art of Cropping" adalah bagaimana kita bisa membatasi diri terhadap apa yang kita lihat.
Secara tidak langsung, atau secara kasarnya, kita harus mengenakan "kacamata kuda" saat akan memotret landscape.
Landcsape bukanlah sesuatu yang harus selalu di potret seluas-luasnya, Landscape bukanlah untuk kita secara semena-mena menggunakan focal lenght paling lebar dari lensa yang kita punya.
Jangan karena krn kita punya lensa lebar 14mm atau 16 mm atau 18mm maka focal lenght itu yang selalu kita pakai, dan bahkan dipaksakan dipakai karena mungkin saat melihat dr viewfinder atau liveview terasa enak bisa mencakup semuanya.
Sering saya mendapat sebuah pertanyaan "Lensa wide apa yang bagus buat landscape ya mas/om/say/chin?" yang sering membuat saya tersenyum dalam hati, dan balik bertanya, "Apakah landscape harus menggunakan lensa lebar?"

Dalam "Landscape is the art of cropping", keinginan-keinginan untuk mengambil yang seluas-luasnya harus kita batasi. Kita harus tahu kapan harus membatasi diri atau mencoba untuk menghindari melakukan hal tersebut. Bukan berarti kita tidak boleh mengambil sebuah pemandangan yang luas dgn lensa lebar kita, tapi tidak selalu suatu scene itu bagus untuk diambil luas.

Dalam hal ini mata kita justru menjadi musuh yang utama, dalam arti, benak kita akan selalu mencoba membujuk kita untuk memotret seperti apa yang kita lihat... seluas-luasnya... memasukan semua elemen dalam sebuah frame foto.
Sering justru dengan menggunakan focal lenght terlebar, kita akan lebih banyak menemui kekecewaan, karena foto landscape kita justru menjadi tidak focus, banyak ruang kosong dan terkesan datar.


Foto dibawah dgn menggunakan lensa dgn focal lengh 200m