Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Lukas Setia Atmaja (25062)    17 tahun yang lalu

  0 

Saya ingin mengomentari foto "The Last Emperor" by Hermawan Wong yang tampil di FPE hari ini. Dari segi teknis, foto tersebut excellent dan artistik. Yang ingin saya komentari adalah isi/konsep foto tsb. Saya mencoba menangkap isi/konsep foto tsb, apa yang ingin disampaikan fotografer melalui foto cantik tsb. Namun saya gagal untuk mengerti hubungan antara judul "the Last Emperor", orang memanah (yang menurut sebagian anggota FN mirip tokoh cerita wayang, Arjuna atau Sri Kandi) dengan Candi Borobudur. Tokoh (siluet) yang menjadi fokus foto mirip (mengarah ke) tokoh dalam epik agama Hindu (Maha Barata), sedang candinya adalah tempat suci agama Buddha. IMHO, mesti lebih hati-hati dalam melakukan setting dan pemotretan di tempat suci bagi umat beragama, supaya tidak disalah-tafsirkan.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Arif Anwar (16066)    17 tahun yang lalu

 0 

8->

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Victor Nicholas Sitorus (21195)    17 tahun yang lalu

 0 

kalau menurut sya sih, masuk aja tu,
gimana kalau begini: the last emperor kan bahasa inggris, seharusnya fotonya kerajaan inggris dong :)) becanda lho .
kalau dilihat dari sejarah masuknya agama ke indonesia, kan hindu duluan baru budha, jadi mungkin semacam penggabungan ciri dari dua agama itu.dimana sudah melekat dan menjadi salah satu kebudayaan di negara kita.imho lho
dan saya juga yakin kalau fotografernya tidak bermaksud melecehkan salah satu agama tersebut.tapi memang sih, masing2 individu pasti lain2 menafsirkannya.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Rochim Hadisantosa (104553)    17 tahun yang lalu

 0 

Mungkin maksud P Lukas, konsep foto tsb kurang jelas arahnya, dipandang dr sudut bahwa Borobudur adalah tempat suci umat Budha, sedangkan "kaisar" yang sedang memegang senjata mengarah pada tokoh dari epik Hindu (?).
Pasti fotografernya tidak ada maksud mengkaitkan dengan agama, tapi foto tsb memang bisa saja memunculkan penafsiran berbeda.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Rakhmat Hidayat, aAt (79642)    17 tahun yang lalu

 0 

:-/

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Herumanto Moektijono (15429)    17 tahun yang lalu

 0 

setuju dengan analisa pak Lukas,memang...imho...antara judul,tokoh yang digambarkan,setting lokasi agak tidak 'nyambung'..Hanya saya mencoba merasionalisasi foto itu sbb.:...mungkin itu visualisasi seorang pangeran atau raja terakhir jaman candi Borobudur berdiri yang sedang beraksi memanah sesuatu.... :) mungkin lhoo... :)

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Willy Sutrisno (1031)    17 tahun yang lalu

 0 

"the last emperor", dari judulnya lalu melihat fotonya orang lagi memanah. Pikiran pertama 'loh kok? mana emperornya?'. Tapi Lukas sendiri menafsirkan bahwa si pemanah disadur dari cerita wayang itu jg tidak benar. Memangnya Mahabarata selalu digambarkan memegang panah, apakah tidak terlalu memaksa kita menghubungkan siluet dengan karakter tersebut? :)

Di dalam keterangan foto itu, dia sama sekali tidak mencoba menggambarkan karakter Mahabarata. Saya rasa this is not a problem. Sampai-sampai dihubungkan dengan agama.

Mari diskusi. Oh ya welcome back Bung Lukas.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Lukas Setia Atmaja (25062)    17 tahun yang lalu

 0 

Thanks Willy untuk diskusinya. Salam kembali ya. Buat temans lain, jangan salah paham, saya yakin fotografer "The Last Emperor" tidak punya maksud SARA (setuju dng Victor, Rochim dan Heru). Saya hanya khawatir foto spt ini bisa disalah-tafsirkan. Let's continue the discussion. Based on the inscription dated 842 AD, Casparis suggested that Borobudur was one time a place for PRAYING (dari www.wonderworld.com). So, rasanya candi bukan tempat yang appropriate untuk bermain-main dengan panah atau berburu.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Rahmat ZIKRI (31764)    17 tahun yang lalu

 0 

di jaman dinasti Syailendra (pendiri candi Borobudur) juga masih pada doyan menggunakan panah ngkali ;))

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Kristianto Gunawan T (145148)    17 tahun yang lalu

 0 

Pendapat Pak Lukas ada benarnya, mungkin si fotografer tidak berpikir sejauh itu dan hanya sekedar setting pose saja, memang dalam hal seperti ini pemikiran secara lebih mendalam ada baiknya ..... :)

Level dimana terdapat Stupa dinamakan ARUPHADATU, yang artinya tingkat Nirwana, dalam Agama Budha pada Level ini segala macam emosi sudah tidak terlihat, dan orang memanah menggambarkan posisi sedang bertempur, dan orang bertempur pasti dilandasi dengan emosi dan napsu, mungkin ini bisa dijadikan masukan betapa tidak relevannya membuat sebuah pose yang kebetulan berkaitan dengan sebuah tempat yang disucikan oleh Umat Budha meskipun lokasi itu bebas untuk umum........ :-?

hal lain yang tersajikan dalam foto ini memang sebenarnya cantik tampilannya .... :)
dan mengenai segi konsepnya ya itulah kurang tepat sasaran ...... :D

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Rudy Subagyo (8761)    17 tahun yang lalu

 0 

..kalo menurut saya sih, judul dan isi foto ngga nyambung, pemilihan judul foto juga rada rada maksa dan nebeng judul film..

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Alfred Pasifico Ginting (9513)    17 tahun yang lalu

 0 

saya lebih tidak sepakat pada konsep foto dgn model yg harus memanjat dinding stupa. karena itu mengakibatkan pengikisan pada dinding stupa bangunan warisan dunia ini (apalagi 'hanya' untuk mengambil foto). foto di bawah diambil pada puncak perayaan waisak lalu di candi mendut

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Ucok P. Harahap (40158)    17 tahun yang lalu

 0 

Welcome back Bung Lukas, masih kritis seperti dulu :)

Kadang memang banyak yang lupa kalau Borobudur adalah tempat ibadah. Terima kasih sudah diingatkan kembali.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Victor Nicholas Sitorus (21195)    17 tahun yang lalu

 0 

kalau mengenai yang menyentuh patung didalamnya, agak repot juga ya ngelarangnya, karena banyak pengunjung disana yang selalu menyentuh patung, karena danggap membawa keberuntungan. Bahkan yang konyol masih banyaktour guide yang menganjurkan, padahal, ya itu tadi, bisa merusak bangunan. banyak yang masih kurang menghargai peninggalan sejarah.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Alfred Pasifico Ginting (9513)    17 tahun yang lalu

 0 

kl nggak bisa dilarang manjat stupa, ya dilarang percaya mitos :)

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Peter Chandra (32561)    17 tahun yang lalu

 0 

apakah sebuah judul foto begitu berarti dari pada konsep atau setting sebuah foto?

What is name? kata pujangga Ingris itu.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh: Yonatan Sutono (1531)    17 tahun yang lalu

 0 

@ Om Peter, judul bisa menjadi sangat penting karena lewat judul tersebut orang-orang awam yang melihatnya bisa lebih "terarah" mau kemana sih sebenernya maksud dan tujuan dari foto tersebut... IMHO yah....

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Guewin_WY ( Wiwin Yulius ) (103497)    17 tahun yang lalu

 0 

Sehinga Hal ini di tulis Forum " Konsep " ... ini sebenarnya adalah sebuah pembelajaran ttg bagaimana konsep foto :D

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Togar Sitanggang (65921)    17 tahun yang lalu

 0 

agree... namanya juga konsep... semuanya harusnya selaras... foto dan judulnya... dalam hal argumentasi mas Lukas tentang foto Last Emperor menurutku valid.

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  hermawan wong (3805)    17 tahun yang lalu

 0 

wah..wah..ternyata seru juga dengan foto 'the last emperor" menjadi kontroversi hari ini.
sebelumnya saya banyak terima kasih kepada teman2 fotagrafer yang sudah banyak makan garam di dunia foto. saya memang dalam dunia fotografi baru belajar 'kemaren sore'.
Memang dalam konsep foto 'the last emperor' tidak bermaksud untuk mencampuradukan apalagi apa yg disebut dengan SARA.
Dari keputusan pemberian judul 'the last emperor' sebetulnya saya hanya terbesit bahwa foto ini "mungkin' cocok dengan konsep,seperti film2 kolosal . TETAPI ternyata (saya sebagai orang yang pendek dengan sejarah indonesia), foto ini mendapat tanggapan yg luar biasa, Bahwa pemberian judul sebuah foto memang tidak boleh asal tembak. terima kasih kepada teman2 atas masukan ini.
saran dan kritikan dari teman2 akan menjadi pembelajaran kepada saya dalam mengeksekusi sebuah foto, terima kasih...

peace

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Athmam Mufti (8642)    17 tahun yang lalu

 0 

sejarah Borobudur terkait erat dengan kerajaan Sriwijaya (Budha) di Palembang dan Kerajaan Mataram kuno (Hindu) di Yogyakarta, serta melibatkan dua keluarga wangsa Syailendra dan Sanjaya, memang penuh dengan intrik dan perang.

Seiring dengan selesai nya Borobudur yang di bangun pada masa Dharmatungga dan Samarottungga, Sriwijaya hancur diserang oleh Kerajaan dari India. Selanjutnya muncul Singosari dan Majapahit yang Hindu di Jawa Timur.

ada pendapat bahwa Borobudur adalah sisa2 keberadaan Sriwijaya yang masih utuh, karena pusat di Palembang luluh lantak hampir tanpa bekas. Keutuhan Borobudur juga terkait dengan letusan Gunung Merapi yang menyembunyikannya selama ratusan tahun sebelum "ditemukan kembali" oleh Raffless.

Juga betul bahwa Borobudur adalah tempat ibadah suci agama Budha yang di arsiteki oleh Gunadharma dengan relief riwayat Sidarta Gautama dan ajaran Budha. Dan Sriwijaya pernah jadi pusat agama Budha di dunia pada masa itu.

jadi menurut saya foto Borobudur relevan dengan judul Last Emperor. cuma orang manjat stupa nya saya tidak mendukung... salam damai :)

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Widarto Adi, darto (13411)    17 tahun yang lalu

 0 

hebat yg bikin judul fotonya. :)
kreatip! sampe dibahas panjang oleh teman2x FN :)

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Alva F.P. Sondakh (9358)    17 tahun yang lalu

 0 

saya merasakan hal sama dengan Pak Lukas...
konsepnya agak kabur..mungkin pak wong terlalu terburu - buru menghubung - hubungkan 2 ikon yang berbeda...stupa dan figur pemanah...
memang harus berhati - hati ketika berhadapan dengan ikon seperti ini...

Re: Menanggapi The Last Emperor

Oleh:  Sandhi Irawan (10702)    17 tahun yang lalu

 0 

Bagaimana jika judul foto tersebut diganti dengan "The Lost Warrior" saja?