31 poin penting dalam Children Portraiture (part two)

Oleh:  Mira TJ (4738)    15 tahun yang lalu

  0 

(4) KIDS ARE IMPATIENT

How true. Segala dilakukan untuk menyabarkan anak dalam pemotretan. "Kapan saya boleh main?" as if sepanjang pemotretan dia ngga main ??? Padahal: "Sayang, kamu main di seluncuran yah, Tante potret kamu di situ." atau, "Sayang, kamu main sepeda ya, Tante poto kamu pas lagi mo pura-pura nabrak Tante."

Nope, it does not work that way. Biar kata kita udah usaha setengah mati ngajak mereka marin, kalo mereka udah bilang: "When can I stop? I wanna play !" atau lebih celaka lagi : "I wanna swim !" jadilah segala usaha oleh para orang tua dihalalkan. Mulai dari :"Sayang, foto satu kali lagi ya, nanti Mama kasih permen." atau :"Nanti ada mainan baru buat kamu." sampai, "Kamu kan sudah 6 tahun ! Adikmu kan masih 2 tahun ! Yang bener dong kalo difoto !"

Anda harus cepat.

Anda harus improvisasi banyak-banyak.

Anda harus puas dengan apa yang didapat, jangan terlalu memaksakan.

Yaaa...sapa tau aja Anda beruntung. Hihihihihihi.

(5) TAKE MULTIPLE SHOTS

Multiple shot di sini berlainan dengan rapid fire yg saya bahas pertama kali. Ini maksudnya adalah memotret dalam angle-angle dan beaviour yang berbeda dari satu model saja. Pemotretan yang saya lakukan terhadap 1 anak atau 1 keluarga biasanya makan 100 frame secara rata-rata. Foto-foto ini tidak selalu diambil dengan mereka mengganti baju yang dikenakan. Semakin muda anaknya, semakin sulit kita mengganti baju mereka. Biasanya lebih sering kita berganti posisi, atau tempat, atau mainan.

Mengapa sebanyak itu? Karena menghasilkan foto anak yang sensasional, tidaklah mudah. Dibutuhkan mood yang baik pada si anak. Mood yang baik itu dapat diperoleh dengan berpindah tempat atau mengganti permainan. Ini kita bicara tentang anak-anak yang tidak biasa difoto, atau plainly: ngga suka difoto. Padahal kita mesti foto dia, dibayar pulak sama orang tuanya. Nyalahin anak? Mana bisa.

Yang repotnya, terkadang ada orang tua yang ngga ngerti, minta ke 100 frame itu diserahkan pada mereka. Padahal menunjukkan 100 frame tersebut adalah menunjukkan hasil-hasil yang rendah dan menjelekkan nama baik kita. Kita perlu beri pengertian pada orang tua anak, bahwa fotografer pun punya hak untuk menjaga mutu nama mereka di masyarakat.

Belum ada komentar